Jumat, 28 Mei 2010

Segitiga Bola

Salah satu materi di matematika yang berguna untuk menyelesaikan soal-soal astronomi (khususnya tentang astronomi bola) adalah “segitiga bola”.

Pertama-tama, kita bisa mencari jarak terpendek di antara 2 titik di bidang datar dengan mudah bukan? Bagaimana untuk bidang lengkung seperti bola? Perhatikan gambar di bawah ini!
jarak bidang datar jarak bidang lengkung
Perhatikan. Di gambar kiri, jarak antara titik A dan B adalah ruas garis g (jarak terdekat antara A dan B). Bandingkan dengan gambar yang sebelah kanan. Jarak antara titik A dan B yang terletak di permukaan bola adalah busur AB. Harus dibuat sebuah lingkaran besar yang melalui titik A dan B untuk mencari busur AB tersebut. Lingkaran besar adalah lingkaran yang pusatnya berimpit dengan pusat bola. Ada satu lagi istilah yaitu lingkaran kecil. Lingkaran kecil yaitu semua lingkaran selain lingkaran besar.

Sekarang, apabila ada 3 buah lingkaran besar, maka dari 3 lingkaran besar tersebut akan sebuah segitiga yang sisi-sisinya adalah bagian dari busur pada bola. Perhatikan gambar untuk lebih jelasnya.
busur segbol
Bisa dilihat di sana ada 3 buah lingkaran besar yang saling berpotongan sehingga membentuk suatu luasan pada permukaan bola (luasan ABC). Luasan tersebut dinamakan sebagai segitiga bola. “Segitiga ABC” ini adalah segitiga bola dengan sisi-sisinya (a,b,c) dibentuk dari busur-busur di permukaan bola. Besar busur a,b,c dihitung dalam derajat dan besarnya dari 0-360 derajat. “Segitiga” tersebut juga mempunyai sudut (A,B,C) yang merupakan sudut apit antara kedua busur yang besarnya dari 0-180 derajat. Segitiga bola mempunyai beberapa dalil, beberapa yang terpenting adalah :

1. A + B + C pasti lebih besar dari 180 derajat (A + B + C > π)
2. Jumlah dua sudut pasti lebih besar daripada sudut yang lainnya (A + B > C ; A + C > B ; B + C > A)
3. Jumlah dua sisi pasti lebih besar daripada sisi yang lainnya (a + b > c ; a + c > b ; b + c > a)
4. Ekses bola (E, radian) didefinisikan sebagai E = (A + B + C) – π. Kelebihan sudut ini berguna untuk menghitung luas dari sektor segitiga bola tersebut.
Luasnya -> L = R² * E (R = jari-jari bola, E dalam radian)

Sekarang, aturan-aturan yang menghubungkan besaran-besaran dari segitiga bola tersebut mirip dengan aturan-aturan yang menghubungkan sisi dan sudut dari segitiga planar (bidang datar) yaitu aturan cosinus dan aturan sinus.

Aturan Cosinus
Segitiga Planar Segitiga Bola
a² = b² + c² – 2bc cos A cos a = cos b cos c + sin b sin c cos A
b² = a² + c² – 2ac cos B cos b = cos a cos c + sin a sin c cos B
c² = a² + b² – 2ab cos C cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C

Aturan Sinus
Segitiga Planar Segitiga Bola
aturansinus planar aturansinus bola

Mirip kan rumusnya antara segitiga planar dengan segitiga bola?

Yang terpenting hanya ini saja. Sebenarnya ada rumus-rumus segitiga bola lainnya, tetapi itu semua hanyalah turunan dari rumus-rumus di atas. Rumus-rumus di atas juga sebenarnya dapat dibuktikan tetapi cara pembuktiannya cukup memusingkan.

Rumus-rumus di atas adalah dasar untuk astronomi bola, contoh-contoh penggunaannya adalah menghitung besar jarak antara, misalkan, kota Jakarta dengan London. Pertama-tama kita perlu menggambar dulu segitiga bolanya lalu kemudian cari besar jarak sudut antara Jakarta dengan London dengan aturan sinus atau aturan cosinus. Setelah itu bisa dicari jarak linearnya. Sama kasusnya untuk tata koordinat benda langit. Bisa dibuat rumus yang menghubungkan tata koordinat horizon dengan ekuatorial maupun sebaliknya, tata koordinat ekuatorial dengan ekliptika maupun sebaliknya, dsb. Mungkin post selanjutnya akan membahas beberapa tentang hal itu.
Astronomi, yang secara etimologi berarti "ilmu bintang" (dari Yunani: άστρο, + νόμος), adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.

Selama sebagian abad ke-20, astronomi dianggap terpilah menjadi astrometri, mekanika langit, dan astrofisika. Status tinggi sekarang yang dimiliki astrofisika bisa tercermin dalam nama jurusan universitas dan institut yang dilibatkan di penelitian astronomis: yang paling tua adalah tanpa kecuali bagian 'Astronomi' dan institut, yang paling baru cenderung memasukkan astrofisika di nama mereka, kadang-kadang mengeluarkan kata astronomi, untuk menekankan sifat penelitiannya. Selanjutnya, penelitian astrofisika, secara khususnya astrofisika teoretis, bisa dilakukan oleh orang yang berlatar belakang ilmu fisika atau matematika daripada astronomi.
Astronomi Bulan: kawah besar ini adalah Daedalus, yang dipotret kru Apollo 11 selagi mereka mengedari Bulan pada 1969. Ditemukan di tengah sisi gelap bulan Bumi, garis tengahnya sekitar 93 km

Astronomi adalah salah satu di antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih memainkan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara. Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi, ilmusemu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.

Daftar isi


* 1 Cabang-cabang astronomi
o 1.1 Berdasarkan subyek atau masalah
o 1.2 Cara-cara mendapatkan informasi
* 2 Sejarah Singkat
* 3 Astronomi di Indonesia
o 3.1 Masyarakat tradisional
o 3.2 Masa modern
* 4 Lihat pula
* 5 Alat astronomi
* 6 Pranala luar
o 6.1 Organisasi Dalam Negri
o 6.2 Organisasi Internasional
o 6.3 Referensi
* 7 Catatan kaki

Cabang-cabang astronomi

Astronomy dipisahkan ke dalam cabang. Perbedaan pertama di antara 'teoretis dan observational' astronomi. Pengamat menggunakan berbagai jenis alat untuk mendapatkan data tentang gejala, data yang kemudian dipergunakan oleh teoretikus untuk 'membuat' teori dan model, menerangkan pengamatan dan memperkirakan yang baru.

Bidang yang dipelajari juga dikategorikan menjadi dua cara yang berbeda: dengan 'subyek', biasanya menurut daerah angkasa (misalnya Astronomi Galaksi) atau 'masalah' (seperti pembentukan bintang atau kosmologi); atau dari cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (pada hakekatnya, daerah di mana spektrum elektromagnetik dipakai). Pembagian pertama bisa diterapkan kepada baik pengamat maupun teoretikus, tetapi pembagian kedua ini hanya berlaku bagi pengamat (dengan tak sempurna), selama teoretikus mencoba menggunakan informasi yang ada, di semua panjang gelombang, dan pengamat sering mengamati di lebih dari satu daerah spektrum.
[sunting] Berdasarkan subyek atau masalah
Astronomi Planet, atau Ilmu Pengetahuan Planet: setan debu Mars. Dipotret oleh NASA Global Surveyor di orbit Mars, coret gelap yang panjang terbentuk oleh gerakan gumpalan atmosfer Mars yang berputar-putar (dengan kesamaan ke angin tornado darat). Setan debu (tempat hitam) mendaki tembok kawah. Coret di setengah tangan benar gambar adalah bukit pasir di lantai kawah.

* Astrometri: penelitian posisi benda di langit dan perubahan posisi mereka. Mendefinisikan sistem koordinat yang dipakai dan kinematika dari benda-benda di galaksi kita.
* Kosmologi: penelitian alam semesta sebagai seluruh dan evolusinya.
* Fisika galaksi: penelitian struktur dan bagian galaksi kita dan galaksi lain.
* Astronomi ekstragalaksi: penelitian benda (sebagian besar galaksi) di luar galaksi kita.
* Pembentukan galaksi dan evolusi: penelitian pembentukan galaksi, dan evolusi mereka.
* Ilmu planet: penelitian planet dan tata surya.
* Fisika bintang: penelitian struktur bintang.
* Evolusi bintang: penelitian evolusi bintang dari pembentukan mereka sampai akhir mereka sebagai bintang sisa.
* Pembentukan bintang: penelitian kondisi dan proses yang menyebabkan pembentukan bintang di dalam awan gas, dan proses pembentukan itu sendiri.

Juga, ada disiplin lain yang mungkin dipertimbangkan sebagian astronomi:

* Arkheoastronomi
* Astrobiologi
* Astrokimia

Lihat daftar topik astronomi untuk daftar halaman yang berhubungan dengan astronomi yang lebih lengkap.
[sunting] Cara-cara mendapatkan informasi

Dalam astronomi, informasi sebagian besar didapat dari deteksi dan analisis radiasi elektromagnetik, foton, tetapi informasi juga dibawa oleh sinar kosmik, neutrino, dan, dalam waktu dekat, gelombang gravitasional (lihat LIGO dan LISA). Pembagian astronomi secara tradisional dibuat berdasarkan rentang daerah spektrum elektromagnetik yang diamati:

* Astronomi optikal menunjuk kepada teknik yang dipakai untuk mengetahui dan menganalisa cahaya pada daerah sekitar panjang gelombang yang bisa dideteksi oleh mata (sekitar 400 - 800 nm). Alat yang paling biasa dipakai adalah teleskop, dengan CCD dan spektrograf.
* Astronomi inframerah mengenai deteksi radiasi infra merah (panjang gelombangnya lebih panjang daripada cahaya merah). Alat yang digunakan hampir sama dengan astronomi optik dilengkapi peralatan untuk mendeteksi foton infra merah. Teleskop Ruang Angkasa digunakan untuk mengatasi gangguan pengamatan yang berasal dari atmosfer.
* Astronomi radio memakai alat yang betul-betul berbeda untuk mendeteksi radiasi dengan panjang gelombang mm sampai cm. Penerimanya mirip dengan yang dipakai dalam pengiriman siaran radio (yang memakai radiasi dari panjang gelombang itu).



* Astronomi energi tinggi

Astronomi Ekstragalaktik: lensa gravitasi. Gambar dari Teleskop Ruang Angkasa Hubble ini menunjukkan beberapa obyek yang terbentuk dengan putaran yang biru yang sebetulnya adalah beberapa tampilan dari galaksi yang sama. Mereka sudah digandakan oleh efek lensa gravitasi kelompok galaksi yang berwarna kuning, bulat panjang dan spiral di dekat pusat foto. Pelensaan gravitasi dihasilkan oleh bidang gravitasi kelompok yang luar biasa masif sehingga mampu melengkungkan cahaya. Beberapa akibatnya adalah memperbesar ukuran obyek yang dilensakan, menjadikan terang dan mengubah tampilan benda yang lebih jauh.

Astronomi optik dan radio bisa dilakukan di observatorium landas bumi, karena atmosfer transparan pada panjang gelombang itu. Cahaya infra merah benar-benar diserap oleh uap air, sehingga observatorium infra merah terpaksa ditempatkan di tempat kering yang tinggi atau di angkasa.

Atmosfer kedap pada panjang gelombang astronomi sinar-X, astronomi sinar-gamma, astronomi ultra violet dan, kecuali sedikit "jendela" dari panjang gelombang, astronomi infra merah jauh, oleh sebab itu pengamatan bisa dilakukan hanya dari balon atau observatorium luar angkasa.

Sejarah Singkat

Pada bagian awal sejarahnya, astronomi memerlukan hanya pengamatan dan ramalan gerakan benda di langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Rigveda menunjuk kepada ke-27 rasi bintang yang dihubungkan dengan gerakan matahari dan juga ke-12 Zodiak pembagian langit. Yunani kuno membuatkan sumbangan penting sampai astronomi, di antara mereka definisi dari sistem magnitudo. Alkitab berisi sejumlah pernyataan atas posisi tanah di alam semesta dan sifat bintang dan planet, kebanyakan di antaranya puitis daripada harfiah; melihat Kosmologi Biblikal. Pada tahun 500 M, Aryabhata memberikan sistem matematis yang mengambil tanah untuk berputar atas porosnya dan mempertimbangkan gerakan planet dengan rasa hormat ke matahari.

Penelitian astronomi hampir berhenti selama abad pertengahan, kecuali penelitian astronom Arab. Pada akhir abad ke-9 astronom Muslim al-Farghani (Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani) menulis secara ekstensif tentang gerakan benda langit. Karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-12. Pada akhir abad ke-10, observatorium yang sangat besar dibangun di dekat Teheran, Iran, oleh astronom al-Khujandi yang mengamati rentetan transit garis bujur Matahari, yang membolehkannya untuk menghitung sudut miring dari gerhana. Di Parsi, Umar Khayyām (Ghiyath al-Din Abu'l-Fath Umar ibn Ibrahim al-Nisaburi al-Khayyami) menyusun banyak tabel astronomis dan melakukan reformasi kalender yang lebih tepat daripada Kalender Julian dan mirip dengan Kalender Gregorian. Selama Renaisans Copernicus mengusulkan model heliosentris dari Tata Surya. Kerjanya dipertahankan, dikembangkan, dan diperbaiki oleh Galileo Galilei dan Johannes Kepler. Kepler adalah yang pertama untuk memikirkan sistem yang menggambarkan dengan benar detail gerakan planet dengan Matahari di pusat. Tetapi, Kepler tidak mengerti sebab di belakang hukum yang ia tulis. Hal itu kemudian diwariskan kepada Isaac Newton yang akhirnya dengan penemuan dinamika langit dan hukum gravitasinya dapat menerangkan gerakan planet.

Bintang adalah benda yang sangat jauh. Dengan munculnya spektroskop terbukti bahwa mereka mirip matahari kita sendiri, tetapi dengan berbagai temperatur, massa dan ukuran. Keberadaan galaksi kita, Bima Sakti, dan beberapa kelompok bintang terpisah hanya terbukti pada abad ke-20, serta keberadaan galaksi "eksternal", dan segera sesudahnya, perluasan Jagad Raya dilihat di resesi kebanyakan galaksi dari kita.

Kosmologi membuat kemajuan sangat besar selama abad ke-20, dengan model Ledakan Dahsyat yang didukung oleh pengamatan astronomi dan eksperimen fisika, seperti radiasi kosmik gelombang mikro latar belakang, Hukum Hubble dan Elemen Kosmologikal. Untuk sejarah astronomi yang lebih terperinci, lihat sejarah astronomi.

Astronomi di Indonesia

Masyarakat tradisional

Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia sudah sejak lama menaruh perhatian pada langit. Keterbatasan pengetahuan membuat kebanyakan pengamatan dilakukan untuk keperluan astrologi. Pada tingkatan praktis, pengamatan langit digunakan dalam pertanian dan pelayaran. Dalam masyarakat Jawa misalnya dikenal pranatamangsa, yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam, dan umumnya berhubungan dengan tata letak bintang di langit.

Nama-nama asli daerah untuk penyebutan obyek-obyek astronomi juga memperkuat fakta bahwa pengamatan langit telah dilakukan oleh masyarakat tradisional sejak lama. Lintang Waluku adalah sebutan masyarakat Jawa tradisional untuk menyebut tiga bintang dalam sabuk Orion dan digunakan sebagai pertanda dimulainya masa tanam. Gubuk Penceng adalah nama lain untuk rasi Salib Selatan dan digunakan oleh para nelayan Jawa tradisional dalam menentukan arah selatan. Joko Belek adalah sebutan untuk Planet Mars, sementara lintang kemukus adalah sebutan untuk komet. Sebuah bentangan nebula raksasa dengan fitur gelap di tengahnya disebut sebagai Bimasakti.

Masa modern

Pelaut-pelaut Belanda pertama yang mencapai Indonesia pada akhir abad-16 dan awal abad-17 adalah juga astronom-astronom ulung, seperti Pieter Dirkszoon Keyser dan Frederick de Houtman. Lebih 150 tahun kemudian setelah era penjelajahan tersebut, misionaris Belanda kelahiran Jerman yang menaruh perhatian pada bidang astronomi, Johan Maurits Mohr, mendirikan observatorium pertamanya di Batavia pada 1765. James Cook, seorang penjelajah Inggris, dan Louis Antoine de Bougainville, seorang penjelajah Perancis, bahkan pernah mengunjungi Mohr di observatoriumnya untuk mengamati transit Planet Venus pada 1769[1].

Ilmu astronomi modern makin berkembang setelah pata tahun 1928, atas kebaikan Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang pengusaha perkebunan teh di daerah Malabar, dipasang beberapa teleskop besar di Lembang, Jawa Barat, yang menjadi cikal bakal Observatorium Bosscha, sebagaimana dikenal pada masa kini.

Penelitian astronomi yang dilakukan pada masa kolonial diarahkan pada pengamatan bintang ganda visual dan survei langit di belahan selatan ekuator bumi, karena pada masa tersebut belum banyak observatorium untuk pengamatan daerah selatan ekuator.

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan, bukan berarti penelitian astronomi terhenti, karena penelitian astronomi masih dilakukan dan mulai adanya rintisan astronom pribumi. Untuk membuka jalan kemajuan astronomi di Indonesia, pada tahun 1959, secara resmi dibuka Pendidikan Astronomi di Institut Teknologi Bandung.

Pendidikan Astronomi di Indonesia secara formal dilakukan di Departemen Astronomi, Institut Teknologi Bandung. Departemen Astronomi berada dalam lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan secara langsung terkait dengan penelitian dan pengamatan di Observatorium Bosscha.

Lembaga negara yang terlibat secara aktif dalam perkembangan astronomi di Indonesia adalah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Selain pendidikan formal, terdapat wadah informal penggemar astronomi, seperti Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, serta tersedianya planetarium di Taman Ismail Marzuki, Jakarta yang selalu ramai dipadati pengunjung.

Perkembangan astronomi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat, dan mendapat pengakuan di tingkat Internasional, seiring dengan semakin banyaknya pakar astronomi asal Indonesia yang terlibat dalam kegiatan astronomi di seluruh dunia, serta banyaknya siswa SMU yang memenangi Olimpiade Astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasific.

Rabu, 26 Mei 2010

METODOLOGI PENELITIAN

PENGERTIAN RISET/PENELITIAN :
Penelitian pada dasarnya adalah merupakan aktifitas dan metode berfikir yang digunakan untuk memecahkan atau menjawab suatu masalah dengan dorongan atau rasa ingin tau sehingga yang semula belum diketahui dan dipahami nantinya akan diketahui dan dihafalkan.
Suatu aktifitas dan metode berfikir yang terancang, sistimatis dan untuk memecahkan atau menemukan jawaban masalah disebut dengan Metode Ilmiah.

Usaha menggunakan metode Ilmiah :
Menemukan : Mendapatkan sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan yang sebenarnya tidak ada menjadi ada.
Mengembangkan : Memperluas dan menggali lebih dalam apa yang sudah ada.
Menguji Kebenaran : Apa yang sudah ada masih diragukan kebenarannya, sehingga perlu diteliti lagi untuk menguji kebenarannya.
Metodologi : Cara menggandakan penelitian secara sistimatis, berencana dan mengikuti konsep ilmiah.
Sistimatis : Dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai yang komplek sehingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
Berencana : Dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya sudah difikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.
Mengikuti konsep ilmiah : Mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleh ilmu pengetahuan.
Umumnya penelitian dilakukan oleh :
Pemerintah : terutama applied reseach/penelitian terapan
Contoh : sensus penduduk, angka kelahiran kota A, keberhasilan KB
Pengusaha : untuk memajukan usahanya
Contoh : produktifitas menurun, mengembangkan daerah pemasaran
Perguruan Tinggi : mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi, pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat.


MANFAAT MEMPELAJARI METODOLOGI PENELITIAN
- Mengetahui arti pentingnya penelitian : sehingga keputusan-keputusan yang dibuat dalam hidup sehari-hari mungkin didasarkan atas hasil penelitian, baik didalam memecahkan persoalan ataupun mencari hal-hal baru.
- Menilai hasil-hasil riset : Apakah suatu riset dapat dipertanggung jawabkan dan sampai seberapa jauh kebenarannya.
- Dapat menyusun penulisan karya ilmiah : paper, field study/study lapangan, skripsi, thesis, desertasi.
INFINITIVE

Infinitive adalah verbal berbentuk kata kerja dasar yang umumnya ditambah to di depannya, misalnya to eat, to say, to run, to work, to study.Seperti halnya dengan gerund, infinitive pun dapat berfungsi sebagai kata benda (noun). Bedanya, penggunaan infinitive lebih luas daripada gerund yang hanya berfungsi sebagai kata benda. Infinitive mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective), dan kata keterangan (adverb).
Infinitive sebagai kata benda (noun)
- To say is easy but to do is difficult.
- To understand English is not an easy job.
- To dry an ocean is nonsense.
Infinitive sebagai kata sifat (adjective)
- I have no time to go.
- The desire to success is strong in youth.
- I have had the money to pay this ticket.
Infinitive sebagai kata keterangan (adverb)
- I come to meet you.
- We read to get new information.
Infinitive tidak pernah dan tidak boleh menempati posisi sebagai kata kerja utama (main verb).
- I to drink a cup of coffee. (salah)
- I drink a cup of coffee. (benar)
Infinitives juga bisa dikombinasikan dengan be dan have sebagai kata kerja bantu (auxiliaries) untuk membentuk konstruksi waktu.
Perhatikan bentuk infinitives berikut ini:Bentuk infinitives (active):Simple --> to writeContinuous --> to be writingPerfect --> to have writtenPerfect continuous --> to have been writingContoh infinitive (active) dalam kalimat:- I want to see you.- It’s nice to be sitting here.
- I’m glad to have seen her.
- I’d like to have been sitting there when she walked in.
Bentuk infinitives (passive):Simple --> to be writtenPerfect --> to have been writtenContoh infinitive (passive) dalam kalimat:
- She likes to be liked.
- She wants to be loved.
- The paddy field needs to be watered.
- You could have been killed.
- It must have been done when it was being moved.CatatanSetelah modal auxiliary verbs, infinitive yang digunakan adalah infinitive tanpa to. Modal auxiliary verbs yang tidak boleh memakai to sesudahnya adalah will, shall, would, could, can, may, might, must, should, dan needn't (tetapi bukan need to).

Jumat, 02 April 2010

DINAS JAGA II

STRUKTUR ORGANISASI KAPAL


Struktur organisasi kapal terdiri dari seorang Nakhoda selaku pimpinan umum di atas kapal dan Anak Buah kapal yang terdiri dari para perwira kapal dan non perwira/bawahan (subordinate crew). Struktur organisasi kapal diatas bukanlah struktur yang baku, karena tiap kapal bisa berbeda struktur organisaninya tergantung jenis, fungsi dan kondisi kapal tersebut.Selain jabatan-jabatan tersebut dalam contoh struktur organisasi kapal
diatas, masih banyak lagi jenis jabatan di kapal, diluar jabatan Nakhoda. Misalnya di kapal pesiar ada jabatan-jabatan Bar-tender, cabin-boy, swimming-pool boy, General Purpose, dsb. Dikapal lain misalnya terdapat jabatan juru listrik (Electrician), Greaser dsb.
Semua orang yang mempunyai jabatan di atas kapal itu disebut Awak kapal. termasuk Nakhoda, tetapi Anak kapal atau Anak Buah Kapal (ABK) adalah semua orang yang mempunyai jabatan diatas kapal kecuali
jabatan Nakhoda.



STANDAR TUGAS JAGA SESUAI BAB VIII
SECTION A – STCW 1995
FITNES ( KEBUGARAN ) UNTUK MENJALANKAN TUGAS
1. Semua orang yg ditunjuk utk jalankan tugas sbg perwira yg laks suatu tugas jaga atau sbg bawahan yang ambil bagian dlm suatu tugas jaga, harus diberi waktu istirahat paling sedikit 10 jam setiap periode 24 jam.
2. Jam – jam istirahat ini hanya boleh dibagi paling banyak menjadi 2 periode istirahat, yang salah satunya paling tidak kurang dari 6 jam.
3. Persyaratan untuk periode istirahat yang diuraikan pada paragraph 1 dan paragraph 2 di atas, tidak harus diikuti jika berada dalam situasi darurat atau situasi latihan atau terjadi kondisi – kondisi operasional yang mendesak.
4. Meskipun adanya ketentuan di dalam paragraph 1 dan paragraph 2 di atas, tetapi metode minimum 10 jam tersebut dapat dikurangi menjadi paling sedikit 6 jam berturut – turut, asalkan pengurangan semacam ini tidak lebih dari 2 hari, dan paling sedikit harus ada 70 jam istirahat selama periode 7 hari.
5. Pemerintah yang bersangkutan harus menetapkan agar jadwal – jadwal jaga ditempatkan pada tempat – tempat yang mudah dilihat.





BAGIAN 1 – SERTIFIKAT (CERTIFICATION)
PENGATURAN TUGAS JAGA DAN PRINSIP – PRINSIP YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi atau tugas jaga deck, harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang berkaitan dengan jaga navigasi tugas jaga deck.
Perwira yang bertugas jaga mesin harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang berkaitan dengan tugas jaga mesin.


BAGIAN 2 - RENCANA PELAYARAN
(VOYAGE PELANNING)
1. Pelayaran yang akan dilakukan harus direncanakan terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan seluruh informasi yang terkait, dan setiap haluan yang ditetapkan, harus diperiksa sebelum pelayaran dilaksanakan.
Melalui musyawarah dengan Nahkoda, Kepala Kamar Mesin harus terlebih dahulu menentukan kebutuhan – kebutuhan untuk pelayaran yang akan dilakukan, dengan mempertimbangkan persyaratan – persyaratan tentang bahan bakar, air, minyak lumas, bahan – bahan kimia, suku cadang, alat – alat, persediaan dan persyaratan – persyaratan lain.

Setiap kali akan melakukan pelayaran, Nahkoda harus menjamin bahwa rute yang telah ditetapkan dari pelabuhan – pelabuhan pemberangkatan menuju ke pelabuhan berikutnya yang pertama, harus direncanakan dengan menggunakan peta – peta dan publikasi nautika lain yang memadai, yang memuat informasi terbaru yang lengkap dan tepat sehubungan dengan bahaya – bahaya dan kesulitan – kesulitan navigasi yang bersifat tetap atau dapat diramalkan terlebih dahulu, dan yang releven dengan pelaksanaan navigasi yang aman.

Vertifikasi Dan Membuat Haluan Yang Telah Direncanakan
Setelah dilakukan vertifikasi terhadap perencanaan rute dengan mempertimbangkan seluruh informasi yang terkait haluan yang telah direncanakan yang akan diteliti harus dibuat pada peta – peta yang sesuai dan harus selalu siap digunakan sewaktu – waktu oleh perwira yang sedang melakukan tugas jaga yang harus meneliti ketetapan setiap haluan yang harus diikuti selama pelayaran.

Penyimpanan Rute Yang Telah Direncanakan
Jika selama pelayaran diambil suatu keputusan untuk merubah pelabuhan tujuan yang telah ditetapkan atau jika memang diperlukan untuk mengubah arah dari rute yang ditetapkan karena alasan – alasan tertentu, maka rute baru yang bersangkutan harus direncanakan terlebih dahulu sebelum mengubah arah dari rute semula.

BAGIAN 3 – TUGAS JAGA (WATCH KEEPING)
Prinsip – Prinsip Yang Berlaku Untuk Tugas Jaga
Pada Umumnya
1. Pihak – pihak peserta Konvensi harus mengarahkan agar perhatian perusahaan, Nahkoda, Kepala Kamar Mesin dan personil tugas jaga, ditunjukan pada prinsip – prinsip di bawah ini, yang harus diperhatikan untuk menjamin bahwa pelaksanaan tugas jaga secara aman selalu terpelihara.
2. Nahkoda setiap kapal, wajib menjamin bahwa pengaturan tugas jaga telah memadai untuk selalu dilaksanakan secara aman. Dibawah pengarahan Nahkoda perwira – perwira tugas jaga bertanggung jawab melaksanakan navigasi secara aman selama periode tugas jaga masing – masing.
3. Melalui musyawarah dengan Nahkoda, Kepala Kamar Mesin wajib menjamin bahwa pengaturan tugas jaga telah memadai untuk memlihara suatu tugas jaga mesin yang aman.
Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi dapat merupakan satu – satunya orang yang melakukan pengamatan pada siang hari, asalkan :
a. Situasi yang ada telah diperhitungkan secara cermat dan tidak diragukan lagi keamanannya.
b. Seluruh factor yang releven telah diperhitungkan sepenuhnya, termasuk :
 Keadaan cuaca
 Jarak tampak
 Kepadatan lalu lintas
 Bahaya – bahaya navigasi
 Perhatian yang perlu diberikan jika sedang melakukan navigasi di dalam atau di dekat jalur - jalur pemisah lalu lintas.
c. Bantuan secepatnya dapat diberikan ke anjungan jika setiap perubahan situasi memang memerlukannya
b. Apakah kapal yang bersangkutan dilengkapi dengan kemudi otomatis atau tidak.
c. Pengendali UMS (Unmanned Machinery Space / kamar mesin yang tidak dijaga), tanda bahaya dan indicator yang ada di anjungan, prosedur untuk penggunaannya dan keterbatasannya.
d. Setiap kebutuhan luar biasa pada tugas jaga navigasi, yang dapat terjadi karena keadaan khusus.

Serah Terima Tugas Jaga
1. Perwira pengganti harus menjamin bahwa anggota – anggota tugas jaga yang membantunya, sepenuhnya mampu menjalankan tugas – tugas khususnya, sehubungan dengan penyesuaian diri dengan pandangan di malam hari. Perwira pengganti tidak boleh mengambil alih tugas jaga sebelum daya pandangannya sepenuhnya telah menyesuaikan dengan kondisi cahaya yang ada.
2. Sebelum mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti harus mendapat kepastian tentang posisi yang sebenarnya atau posisi duga kapal, serta harus mendapat kejelasan tentang haluan dan kecepatan kapal, pengendalian UMS (Unmanned Machinery Space), dan harus mencatat setiap kemungkinan bahaya navigasi selama tugas jaga.
3. Perwira pengganti harus memperoleh kepastian dalam hal :
1. Perintah – perintah harian dan petunjuk – petunjuk khusus lain dari Nahkoda, yang berkaitan dengan navigasi.
2. Posisi, haluan, kecepatan dan sarat kapal.
3. Gelombang laut pada saat itu atau yang diperkirakan, arus laut, cuaca, jarak tampak dan pengaruh factor – factor tersebut terhdap haluan dan kecepatan kapal.
4. Prosedur – prosedur penggunaan mesin induk untuk olah gerak, jika mesin induk berada dibawah kendali anjungan.
5. Situasi navigasi, termasuk :
a) Kondisi operasional seluruh peralatan navigasi dan peralatan pengamanan yang sedang digunakan atau yang mungkin akan digunakan selama tugas jaga.
b) Kesalahan – kesalahan kompas gyro dan kompas magnetic.
c) Adanya dan terlihatnya kapal – kapal lain atau adanya kapal – kapal lain yang tidak terlalu jauh dari kapal sendiri.
d) Kemungkinan adanya efek – efek kemiringan, trim, berat jenis air dan squat terhdap jarak lunas kapal dengan dasar laut
4. Jika pada suatu saat perwira tugas jaga navigasi harus diganti dalam keadaan sedang melakukan olah gerak atau tindakan tertentu lain untuk menghindari setiap bahaya yang sedang mengancam, maka penggantian tugas jaga ini harus ditangguhkan sampai tindakan atau olah gerak yang bersangkutan telah selesai.

Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi
1. Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi harus :
a. Melaksanakan tugas jaga di anjungan
b. Sama sekali tidak diperkenankan meninggalkan anjungan sebelum diganti
c. Terus melaksanakan tanggung jawab navigasi secara aman, meskipun Nahkoda ada di anjungan kecuali jika diberitahu secara khusus bahwa Nahkoda telah mengambil alih tanggung jawab dan pemberitahuan ini harus saling dimengerti.
d. Jika merasa ragu tentang tindakan apa yang harus dilakukan demi keselamatan kapal, harus memberi tahu Nahkoda.
2. Selama tugas jaga, haluan, posisi dan kecepatan kapal harus diperiksa secara berkala dengan menggunakan setiap peralatan navigasi yang ada, untuk menjamin bahwa kapal berada pada haluan yang telah direncanakan.
3. Perwira tugas jaga harus memiliki pengetahuan penuh tentang letak pengoperasian seluruh peralatan navigasi yang ada, dan harus mengetahui serta mempertimbangkan keterbatasan kemampuan operasional peralatan yang bersangkutan.
4. Perwira yang bertanggung jawab dalam tugas jaga navigasi, tidak boleh merangkap atau diberi tugas – tugas lain yang mengganggu keselamatan navigasi.
5. Perwira tugas jaga navigasi harus menggunakan seluruh peralatan navigasi seefektif mungkin.
6. Jika menggunakan radar, perwira tugas jaga navigasi harus selalu mengingat pada ketentuan – ketentuan yang termuat di dalam Peraturan International Pencegahan Tubrukan di laut, sehubungan dengan cara menggunakan radar.
7. Jika diperlukan, perwira tugas jaga nevigasi tidak boleh ragu untuk menggunakan kemudi, mesin dan system semboyan bunyi yang ad. Tetapi, pemberitahuan dalam waktu tepat tentang perubahan kecepatan mesin harus dilakukan, atau pengendalian secara efektif atas kendali UMS (Unmanned Machinery Space) yang ada di anjungan, harus sesuai dengan prosedur – prosedur yang berlaku.
8. Perwira tugas navigasi mengetahui sifat olah gerak kapal, termasuk jarak henti, dan juga harus mempertimbangkan bahwa kapal – kapal lain memiliki sifat – sifat olah gerak yang berbeda – beda.
9. Harus dilakukan pencatatan secara baik selama tugas jaga, sehubungan dengan olah gerak dan aktifitas – aktifitas yang berkaitan dengan navigasi.
10. Perwira tugas jaga harus selalu menjamin bahwa pengamatan secara baik dilakukan terus – menerus. Pada kapal yang memiliki kamar peta yang terpisah, perwira tugas jaga navigasi boleh mengunjungi kamar peta ini jika memang perlu untuk kepentingan tugas navigasi, asalkan terlebih dahulu memastikan bahwa tindakannya bersifat aman dan pengamanan tetap dilaksanakan.
11. Penguji kemampuan operasional peralatan navigasi harus dilakukan sesering mungkin yang dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi yang ada, khususnya sebelum terjadi situasi yang membahayakan. Pengujian – pengujian semacam ini harus dicatat. Dan pengujian – pengujian semacam ini juga harus dilakukan sebelum tiba dan sebelum berangkat dari pelabuhan.
12. Perwira tugas jaga navigasi harus melakukan pemeriksaan tetap untuk menjamin bahwa :
a) Kemudi otomatis atau orang – orang yang menjalankan kemudi tangan mengikuti haluan yang benar.
b) Kesalahan pada standar kompas ditentukan sedikitnya sekali setiap putaran tugas jaga, dan setelah perubahan haluan yang cukup besar. Kompas standard an kompas gyro sering dibandingkan, dan repeater – repeater disamakan dengan kompas induk.
c) Kemudi otomatis harus diuji secara manual paling sedikit setiap satu putaran tugas jaga
d) Lampu navigasi dan lampu isyarat peralatan navigasi lain berfungsi dengan baik
e) Peralatan radio berfungsi dengan baik sesuai dengan paragraph 86 di bawah ini
f) Alat kendali UMS, tanda bahaya dan indicator – indicator berfungsi dengan baik.
13. Perwira tugas jaga navigasi harus ingat untuk selalu mematuhi persyaratan – persyaratan SOLAS tahun 1974, dengan mempertimbangkan :
a) Keharusan menempatkan seorang awak kapal untuk mengemudikan kapal dan untuk mengijinkan kemudi tangan dalam situasi yang mengijinkan guna memungkinkan penanggulangan setiap kemungkinan bahaya secara aman.
b) Bahwa jika kapal sedang menggunakan kemudi otomatis akan sangat berbahaya jika membiarkan terus berkembangnya situasi sampai pada suatu tingkat di mana perwira tugas jaga tidak memperoleh bantuan dan harus menghentikan pelaksanakan pengamatannya karena mengambil suatu tindakan darurat tertentu.
14. Perwira – perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi harus sepenuhnya mengenal penggunaan semua alat bantu navigasi elektronik, termasuk kemampuan – kemampuan dan keterbatasan – keterbatasannya, serta juga harus menggunakan setiap alat bantu tersebut jika diperlukan, harus juga ingat bahwa perum gema adalah merupakan alat bantu yang sangat penting untuk navigasi.
15. Perwira tugas jaga navigasi harus menggunakan radar setiap kali terjadi atau diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak tampak dan secara terus – menerus jika sedang ada di perairan yang penuh dengan lalu lintas kapal lain, sambil memperhatikan keterbatasan – keterbatasan kemampuan radar yang ada.
16. Perwira tugas jaga navigasi harus menjamin bahwa skala jarak yang diterapkan diubah secara berkala sehingga setiap sasaran dapat terdeteksi sedini mungkin. Harus diingat bahwa sasaran – sasaran kecil atau sasaran yang kurang jelas dapat lolos dari pengamatan rada.
17. Jika menggunakan radar perwira tugas jaga harus memilih suatu skala jarak yang memadai dan harus mengamati layar radar secara cermat, serta harus menjamin bahwa analisa sistematis dan plotting mulai dilakukan sedini mungkin.
18. Perwira tugas jaga navigasi harus member tahu Nahkoda :
a. Jika terjadi atau diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak tampak
b. Jika kondisi lalu lintas dan gerak kapal – kapal lain mengahruskan perhatian khusus.
c. Jika sulit mempertahankan haluan yang benar
d. Jika tidak melihat adanya daratan, tidak ada rambu navigasi atau tidak mendengar semboyan bunyi pada waktu yang telah diperkirakan
e. Jika secara tidak terduga melihat adanya daratan atau rambu navigasi, atau jika terjadi perubahan semboyan bunyi
f. Jika terjadi kerusakan mesin, telegrap, mesin kemudi, peralatan penting lain untuk navigasi system tanda bahaya dan indicator.
g. Jika peralatan radio tidak berfungsi
h. Jika dalam cuaca buruk merasa ragu tentang kemungkinan akibat buruk yang akan terjadi
i. Jika kapal menemui setiap bahaya navigasi seperti gunung es atau kerangka kapal
j. Jika dalam keadaan darurat atau ragu mengambil keputusan
19. Mesikipun ada keharusan untuk memberitahu Nahkoda seperti tersebut di atas, perwira tugas jaga navigasi juga tidak boleh ragu untuk mengambil tindakan secepatnya demi keselamatan kapal jika situasi memang mengharuskan
20. Perwira tugas jaga navigasi harus memberi petunjuk – petunjuk dan informasi yang perlu kepada bawahan yang membantu tugas jaga yang akan menjamin suatu pelaksanaan tugas jaga yang aman serta pengamatan yang baik.

Jumat, 26 Februari 2010

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PELAYARAN

SEA COMMUNICATION EDUCATION AND TRAINING

Jl. Merdeka Timur No. 5

Jakarta Pusat 10110, Indonesia

Telephone: (62-21) 3483 0763 / 64

Facsimile: (62-21) 348 30762

AUTHORITY RESPONSIBLE FOR ISSUE OF CERTIFICATES

DIRECTORATE OF MARITIME SAFETY

DEPARTMENT OF COMMUNICATION

Gedung Karya Lt 12

Jl. Medan Merdeka Barat No. 8

Jakarta Pusat 10110, Indonesia

Telephone: (62-21) 350 2194

Facsimile: (62-21) 350 5681

MARITIME EDUCATION AND TRAINING

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAYARAN

Mangga Dua Ancol P.O. Box 1162, Jakarta 10011, Indonesia

Contact Person: Capt. Drs. Siahaan, MM

Types of Training

- Maritime Navigation

- Marine Engineering

- Shipping & Port Administration

A. TRAINING AND FACILITIES EQUIPMENT

P Engine Room Simulator

P Electronic Navigation Laboratory

P Seamanship Laboratory

P Meteorological Laboratory

P Refrigeration Laboratory

P Auto Control Laboratory

P Electronic Laboratory

P Communication Laboratory

P Computer Laboratory

P Physics Laboratory

P Chemistry Laboratory

P Fire Fighting Training Facilities

P Survival Training Facilities

P Engineering Workshop

P Diesel Power Plant / Workshop

B. COURSES AND COMPREHENSIVENESS OF THE CURRICULUM

i. Safety

Courses

Duration (d) *

Graduates per up to July 01

IMO model course applied or other

Basic Safety Training

75 hrs

Proficiency in Survival Craft & Rescue boat

40 hrs

GOC for GMDSS

132 hrs

Advanced Fire Fighting

31 hrs

Proficiency in Medical First Aid

21 hrs

Medical Care onboard

40 hrs

Radar and ARPA

63 hrs

Other

*d = days

ii. Special Safety Training

P DO W/K Cert. Program

P EO W/K Cert. Program

P DO Certs. Upgrading Program

P EO Certs. Upgrading Program

P Basic Fire Fighting

P Advanced Fire Fighting

P Personal Survival

P Professional in Survival

P Radar Observation and Plotting

P Medical Emergency Basic Training

P Medical Emergency First Aid

P Oil Tanker Familiarization

P Liquid Gas Tanker Familiarization

P Others

iii. Entry Requirements

Native Language: International

iv. Course Delivery

Methods

Deck Rating

OOW for Deck

Chief Mate

Master

Engine room rating

OOW for Engine

2nd

Engineer

Chief Engineer

Lectures

v

v

Tutorial

v

v

Workshops or labs

v

v

Simulators

v

v

CAL *

v

v

OTIS **

v

v

* CAL = Computer Assisted Learning

* OTIS = Onboard Training In Service

v. Compatibility of Syllabus of the Knowledge, Understanding and Competency to

the STCW 78 / 95

P Deck Watchkeeper / Chief Mate / Master

Functional compliance
with STCW requirements

Deck Watchkeeper

Chief mater / Master

Navigation’s

v

Cargo handling and stowage

v

Controlling the operation of the ship and care for persons

v

P Engineer Watchkeeper / 2nd Engineer / Chief Engineer

Functional compliance
with STCW requirements

Engineer watchkeeper

2nd / chief engineer

Marine Engineering

v

Electrical. Electronic & control engineering

v

Maintenance & repair

v

Controlling the operation of the ship and care for persons

v

P Compliance with STCW Requirements for Special Courses and Mandatory Short Courses

Tanker Familiarization v

Oil tanker operation v

Chemical tanker operation v

Liquid Gas Tanker Operation v

Basic Safety Training v

Elementary First Aid v

Proficiency in Survival Craft & Rescue boat v

Advanced fire fighting v

Proficiency in medical first aid v

Persons in charge of medical care on board v

GMDSS-GOC v

Radar Simulator v

P Compliance with STCW Requirement for the GMDSS Radio Operators

- Radio communication at operational level

P Compliance with STCW Requirements for the Rating Forming Part of Navigational / Engine Room Watch

- Navigation / Marine Engineering

P Assessment criteria and procedures

- National standard approved by the education authority

- National standard approved by the maritime safety administration

- Examination conducted by the maritime institution and approved by the authority

P Method Paper

- Test Paper

- Practical Assessment

- Assignment

- Aural& Oral Test

- Simulator

P Frequency

- Each Semester

P Provision for courses evaluation

- Evaluation criteria available

- Frequency: Every year

P Examination System on board training arrangement

- Authority Maritime Safety administration

- Programs are approve by the authority

- Training conducted by the institutions and shipping companies

- Training record books (TRB) have to be approved by the institutions

- Type of TRB : IMO TRB

- The monitoring is conducted by the institution.

C. COURSES TYPE AND VARIETY

i. Levels of Maritime Institutions: College/Academy

ii. Types of Courses Offered:

- Short Course

- Course for diploma at a middle level of the education and training

- Course for diploma at a high level of the education and training

- Courses for a Bachelor Degree (Undergraduate)

D. QUALIFICATIONS AND EXPERIENCE OF TRAINER / INSTRUCTORS AND EXAMINERS

i. Academic Background ( percentage of the whole academic staff )

P Doctor degree: less than 10 %

P Master degree: less than 20%

P Bachelor degree: less than 30%

P Higher national diploma: between 30%-50%

ii. Maritime qualification

P Levels of certificates of competence

- Master: over 30 %

- Chief mate: over 30 %

- Chief Engineer: over 30 %

- Second Engineer: less than 30 %

P Sea Experience

- 4 years

E. QUALITY STANDARD SYSTEM

i. Certificate Issuing Procedure: ISO system

ii. Conduct of Eternal evaluation for Quality Standards System

P Conducted by Maritime authority or approved agency every five years.

iii. Issue of Certificates (unlimited certificate only )

iv. Issue of Special Certificates or Endorsements

Training course

Issue certificate or endorsements

Approved training

Authority training

Recognized examinations

Oral examinations

Familiarization and Basic Safety

26.974

Radar and ARPA

737

Proficiency in Survival craft and rescue boats

4.574

Advanced fire fighting

5.341

Proficiency in medical first aid

2.120

Medical care on board

1.201

Safe operation tanker

7.658

Chemical tanker safety

1.652

Gas Tanker Safety

1.284

GMDS-GOC

251